Berikut ada makalah tentang kalimat dan paragraf, semoga ini bisa membantu pembaca sekalian. bahwa ilmu Bahasa
Indonesia dapat memberi kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia
adalah Bahasa Resmi kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias menambah
Cakrawa dan pemikiran dan berbahasa yang lusa. Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima
ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam
kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal,
masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari
interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah tentang kalimat adalah
selain untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia juga untuk menambah wawasan pengetahuan
mengenai kalimat, yang bersangkutan dengan pengertiannya, jenis-jenis kalimat
dan lain sebagainya.
B. Tujuan
Dalam setiap pekerjaan pasti memiliki tujuan masing-masing,
begitu pula dengan pembuatan makalah ini, memiliki beberapa tujuan, diantaranya
:
1. Untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia.
2. Menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
C. Batasan-batasan Masalah
Agar pembahasan tentang kalimat ini tidak berbelit-belit dan
akan menuju ke arah yang tidak berkepentingan, maka diberi lah batasan-batasan
masalah, diantaranya :
1. Pengertian kalimat
2. Jenis-jenis kalimat
BAB II
ISI
A.
Pengertian
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran
lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat.
Kalimat dalam wujud lisan diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru
(!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima
ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah: bermakna, bersistem
urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain,
berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal itu belum menjamin
bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadidkan tempat
pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima
ciri kalimat diatas. Hal itu karena tidak terlihat unsur subjek di dalam
kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal,
masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari
interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
B.
Pengertian SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur
penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
a.
Subjek / Subyek (S)
Subjek atau pokok kalimat merupakan
unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan
subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek
dalam kalimat berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas,
kalimat tunggal, kalimat majemuk,
(2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran,
(4) menegaskan makna,
(5) memperjelas pikiran ungkapan,
(6) membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
§ Contoh Subjek :
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau
Siapa kepada Predikat.
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
2. Meja itu dibeli oleh paman.
Apa dibeli ? = jawab Meja
3. Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat).
Anak
itu membawa bukuku
S P
b. Predikat
(P)
Predikat adalah bagian yang memberi
keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau subjek itu. Memberi
keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah menyatakan apa yang
dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, biasanya
predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita selalu dapat bertanya
dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau
mengerjakan apa?.
Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c.
Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i, misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam
kalimat, objek berfungsi:
(1)
membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
(2)
memperjelas makna kalimat
(3)
membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri objek:
1. berupa kata benda
2. tidak didahului kata depan
3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Ciri-ciri objek:
1. berupa kata benda
2. tidak didahului kata depan
3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
d. Keterangan
(K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
v Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.
• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
• Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
v Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e.
Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)
C.
Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. KB + KK
: Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 :
Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh
pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat
pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
D.
Jenis-jenis Kalimat
1.
Kalimat berdasarkan pengucapan
a)
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana
ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan lngsung menirukan, mengutip
atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini biasanya ditandai
dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan bernada
lebih tinggi dari bagian lainnya.
·
Ciri-ciri
kalimat langsung :
1. Susunan kutipan-pengiring
• Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik
pembuka dan tulis kutipannya diawali dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir
kutipan. • Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
• Ikuti dengan spasi.
• Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf
besar.
• Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Ø Contoh : “Apa yang harus ku
lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2. Susunan pengiring-kutipan
• Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya
dulu seperti menulis kalimat biasa.
• Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
• Selipkan spasi.
• Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan
huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir
kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Ø Contoh : Lalu Ratu berkata kepada
pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu menghadapku!”
3. Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.
• Ulang cara menulis kalimat langsung yang susunannya
pengiring-kutipan, tetapi jangan taruh tanda titik di belakang pengiring.
• Taruh tanda koma di belakang pengiring.
• Selipkan spasi
• Masukkan tanda petik pembuka dan tetapi jangan awali
kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir
kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Ø Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita
selidiki dulu masalahnya.”
b) Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan
kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak
ditandai lagi dengan tanda petik dua, berkata
tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi mendatar dan
menurun pada akhir kalimat
·
Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1.
kata ganti
orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang
harus dia lakukan
2.
kata ganti
orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk
membawa kedua wanita itu masuk.
3.
kata ganti
orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh: Penasehat
ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.
2. Kalimat
berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
a) Kalimat
tunggal ialah kalimat
yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat.
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang
sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu
memasak
S
P
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
S P
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S
P
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
§ Kalimat
Nominal yaitu
jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
§ Kalimat
Verbal yaitu
jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh: Saya sedang
mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan
menambahkan kata pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap
unsur-unsur itu, unsur utama masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan
kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat
misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah
ini, dll.
Contoh: Rumahnya
ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu
misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun
depan, kemaren, lusa, dll.
Contoh: Aktifitasnya
dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat
misalnya:
dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya:
Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara
misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin,
dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas
misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya
harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek
misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan
misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab
misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia
lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan)
contoh: penerima
medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa
contoh: orang
itu menerima predikat guru teladan.
b) Kalimat
majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk
terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara
kordinasi maupun subordinasi.
Kalimat
majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
§ Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2
atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara
baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di
dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat
berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya
makan dan b) Dia minum. Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat
b) masih dapat berdiri sendiri dan tidak tergantung baik dari segi struktur
maupun makna kalimat. Demikian juga, jika kalimat dasar b) ditiadakan, kalimat
dasar b) masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat
tersebut memiliki kedudukan yang sama di dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara
tersebut tidak tampak jelas karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua
kalimat dasar tersebut. Hubungan yang paling dekat dengan makna kalimat majemuk
setara tersebut adalah hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu,
lantas, terus, atau kemudian.
1a) Saya makan lalu dia minum.
Jika
konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat
tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa
akan berubah menjadi hubungan pertentangan.
1b) Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat
majemuk. Peranan konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di
dalam kalimat majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan
kedalam beberapa bagian, yaitu:
o Kalimat majemuk setara penggabungan
ialah jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang
dihubungkan dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat
itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid
membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
o Kalimat majemuk setara pertentangan
ialah jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”,
“melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi
nilainya selalu merah.", "Ibu memasak didapur sedangkan saya
membersihkan rumah.", "Yang membuat prakarya itu bukan adiknya
melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak
membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
o Kalimat majemuk setara pemilihan
ialah jenis kalimat majemuk yang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata
“atau”. Contoh" "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah
anggur."
o Kalimat majemuk setara penguatan
ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”.
Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai
bernyanyi."
§ Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat
atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu
atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat adalah ketika,
karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.
o Induk Kalimat dan Anak Kalimat
Perbedaan induk kalimat dan anak
kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori
.
1) Kemandirian
sebagai Kalimat Tunggal
Induk kalimat mempunyai ciri dapat
berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan anak kalimat tidak dapat
berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini tampak pada contoh
berikut.
a) Hujan
turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.
b) Sehingga
banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat (a) dapat berdiri sendiri,
sedangkan kalimat (b) tidak.
2) Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat
ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului
konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang.
Jika konjungsi dipindahkan di awal
kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur maupun informasi.
Ketika saya membaca buku, dia
datang.
Setelah dipindahkan ke bagian awal,
unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat dan unsur kedua merupakan
induk kalimat.
3) Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai
keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali anak kalimat akibat, didahului
kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk kalimat, anak kalimat
itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk kalimatnya. Anak kalimat yang
menempati posisi di belakang induk kalimat dapat ditempatkan di depan kalimat
tanpa perubahan informasi yang pokok.
Contoh :
- Dia mengajukan permintaan kredit
investasi kecil karena ingin meningkatkan perusahaan.
Kalimat tersebut dapat diubah
menjadi berikut.
- Karena ingin meningkatkan
perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil.
o Jenis Anak Kalimat
Berdasarkan perannya, anak kalimat
dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1) Anak
Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, waktu, kala, tatkala, saat,
sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang pengunjung, ketika melihat
seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2) Anak
Kalimat Keterangan Sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara lain, sebab, karena, dan
lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat dalam kalimat
majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak
Kalimat Keterangan Akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi yang digunakan adalah hingga,
sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan
akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun berhari-hari sehingga
banjir besar melanda kota itu.
4) Anak
Kalimat Keterangan Syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi itu, antara lain, jika,
kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin berhasil dengan baik, Andi
harus belajar dengan tekun.
5) Anak
Kalimat Keterangan Tujuan
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi yang digunakan adalah supaya,
agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar dengan tekun agar
lulus ujian akhir semester.
6) Anak
Kalimat Keterangan Cara
Anak kalimat ini ditandai oleh
konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut adalah dengan dan dalam.
Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan
ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang terus menurun.
7) Anak
Kalimat Keterangan Pewatas
Anak kalimat ini menyertai nomina,
baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat, maupun objek. Konjungsi
yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk itu. Anak kalimat
ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang berbaju hijau
mempunyai dua ekor kucing.
8) Anak
Kalimat Pengganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa
dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat
transitif.
Contoh:
Ana mengatakan bahwa jeruk
itu asam
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi),
kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat
ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap
di kota ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika
umurku beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena
itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar
dengan istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga,
maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu
menggenangi beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan,
apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.",
"Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun,
walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta
walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia
selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak
antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata,
seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita
berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.",
"Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua
orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana,
ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.",
"Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman
modern."
9.
Pembatasan, misal: kecuali, selain.
Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
10.
Alat, misal: (dengan + Kata Benda)
dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang.
Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para
guru."
§ Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang
merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat
tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat
tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak
kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil
penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina
membaca buku dikamar, ketika aku datang kerumahnya.
3.
Kalimat berdasarkan isi atau
fungsinya
a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipakai jika
penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
(Biasanya, intonasi menurun;tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank
memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran
tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis
komdominium di kota-kota besar.
b)
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk
memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah
dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan
pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat perintah:
1. Intonasi keras, terutam aperintah
biasa dan larangan
2. Menggunakan tanda seru (!) , bila digunakan dalam tulisan
3. Kata kerja yang mendukung kalimat
biasanya kata kerja dasar
4. Menggunakan partikel pengeras (lah)
5. Berpola kalimat inversi (PS).
v Beberapa bentuk kalimat
perintah :
1. Kalimat perintah permintaan adalah
perintah yang halus, orang yang menyuruh bersikap rendah.
Contoh :
- Tolong,
tutup pintu itu!
- Tolong bawa buku itu kesini!
- Harap berdiri!
- Kalau ada waktu, bacalah buku ini!
-
2. Kalimat perintah larangan adalah
perintah yang melarang seseorang melakukan sesuatu hal. Bila larangan itu
bersifat umum/resmi digunakan kata dilarang, bila bersifat khusus/tidak resmi
digunakan kata jangan.
contoh:
- Jangan membuang sampah sembarangan!
-
Dilarang merokok disini!
- Kalimat perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.
contoh:
- Marilah
kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
- Mari kita jaga kebersihan rumah
kita!
4. Kalimat perintah sindiran/cemooh
adalah perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa yang diperintah tidak
mampu melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh :
- Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
- Dekatilah anjing itu, kalau kamu
berani!
- Tangakaplah jika engkau berani!
5. Kalimat perintah bersyarat adalah
perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
- Tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan
menerangkannya kepadamu !
- Bantulah dia, pasti pekerjaannya
akan segera selesai!
6. Kalimat perintah mengizinkan adalah
perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian
izin.
Contoh:
- Makanlah, semampu anda!
- Ambillah buah mangga itu semaumu!
c) Kalimat
berita adalah
kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan sesuatu. Dalam
penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat berita
akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat
berita ini.
v Ciri-ciri kalimat berita :
2.
intonasinya yang netral, tak ada
suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
3.
Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri
karena hampir sama saja dengan kalimat lain.
4.
Suatu bagian dari kalimat
berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal ini bagian tersebut
dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut mendapat intonasi yang
lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai kalimat seperti ini
disebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat berita positif.
2. Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang
berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan kata ingkar yaitu menggunakan kata
"tidak" dan kata "bukan".
Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
c) Kalimat
Tanya adalah
kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan
diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan
untuk membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan gunanya adalah :
- Apa
: hal, orang, atau barang
- Siapa : orang atau nama orang
- Kapan, bilamana : waktu
- Dimana : tempat
- Mengapa : sebab
- Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh :
1. Apa yang dia lakukan disana ?
2. Siapa namamu?
3. Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4. Dimana rumahmu?
5. Bagaimana
pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6. Mengapa
orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
v Beberapa bentuk kalimat tanya:
1. Kalimat Tanya klarifikasi dan
konfirmasi
Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi
(penegasan) dan kalimat Tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang
disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas
persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak
meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya
dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh
kalimat Tanya konfirmasi :
a. Apakah engkau ingin pulang hari ini?
(ya/tidak)
b. Apakah anda mengambil buku
itu? (ya/Tidak)
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
a. Benarkah Saudara yang memimpin penelitianmu?
b. Apa benar barang-barang ini milik
Anda?
2. kalimat tanya retorik
Kalimat Tanya retorik adalah kalimat Tanya yang tidak
menghendaki jawaban karena penanya jawaban sudah tahu.
Contoh:
i. Apakah anda mau tidak naik kelas?
ii. Apakah saudara mau di jajah kembali?
3. Kalimat tanya tersamar
Kalimat
Tanya tersamar adalah kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya melainkan
mempunyai tujuan lain yaitu:
§ Tujuanmeminta:
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
§ Tujuan mengajak:
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
§ Tujuan memohon:
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
§ Tujuan
menyuruh:
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
§ Tujuan merayu:
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
§ Tujuan menyindir:
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
§ Tujuan
menyanggah:
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
§ Tujuan meyakinkan:
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
§ Tujuan menyetujui:
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?
d) Kalimat
seruan adalah
kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah, terkejut,
hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai
dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan
diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Adapun macam kalimat seru dan
gunanya adalah :
·
Aduh, untuk menyatakan perasaan
sakit dan kagum
Contoh: - Aduh, sakitnya tangaanku!
- Aduh, besarnya
rumahmu!
·
Aduhai untuk menyatakan perasaan
sedih
Contoh: -
Aduhai, sungguh malang nasibku!
·
Ah untuk menyatakan tidak setuju
atau menolak sesuatu
Contoh : -
Ah, saya tetap tidak mengaku bersalah!
- Ah, alasan itu tidak dapat
kuterima!
·
Amboi/wah untuk menyatakn perasaan
heran atau kagum
Contoh : -
Amboi, cantik sekali gadis itu!
- Wah, indah sekali pemandangan
itu!
·
Cis/cih untuk menyatakan perasaan
marah dan benci
Contoh : -
Cis, berani dia menentang aku!
- Cih, mereka tidak kenal siapa
aku!
·
Eh untuk menyatakan perasaan
terkejut atau heran
Contoh: -
Eh, kamu sudah sampai !
- Eh, tadi dia ada disini!
4.
Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur
kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap
adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah
predikat.
Contoh :
-Presiden
SBY membeli buku
gambar
S P O
- Si Jarwo Pergi
S P
b. kalimat
tak lengkap adalah
kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya
berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa
objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai
untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh :
- Jangan dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan
Masuk!
- Kapan
menikah?
5.
Kalimat
Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya
dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
§ Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kata predikat
yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan
atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul pada kalimat versi
merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat, bahkan kata itu pula
yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
- Bawa buku itu kemari!
P S
- Ambilkan
koran di atas kursi itu!
P
S
- Sepakat kami untuk berkumpul di
taman kota.
S
P
K
§ Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang
susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa
Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka
sejak 2 bulan yang lalu.
S
P
O
K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P
K
6.
Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
§ Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas akan terwujud
jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh
unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan
saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu
sudah bermakna lengkap.
Contoh:
- Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jikasaya lulus ujian sarjana.
Induk
kalimat/kalimat utama anak kalimat
- Saya akan
diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai
mengerjakan PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak
kalimat
§ Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks akan terwujud jika
kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat.
Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum
kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa
membentuk ketegangan.
Contoh:
- Karena
pola makan yang tidak teratur,
penyakit Maagnya sering kambuh
. anak kalimat induk
kalimat/kalimat utama
§ Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam
bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat
ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan informasinya.
Contoh:
- Bursa saham tampaknya semakin bergairah,
investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
- Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat
bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
- Harga pangan saat
ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan harga yang semakin
naik.
7.
Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan
subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)
Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya
melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat
berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata
kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya
pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk
restorannya.
- Imbuhan "ber-"
Kami
bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi
menjadi 2, yaitu:
·
Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan
tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan
objek. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam
bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi
Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif).
·
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan
tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan
objek. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Kami berjaga diluar rumah.
- Andi
berteriak dari dalam kamar mandi.
·
Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak
dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap
bukannya objek. Ciri-cirinya berupa adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa
atau dengan keterangan.
Contoh:
- Tata
tertib ini berdasarkan
keputusan bersama.
S
P Pel
- Dia menjadi ketua kelas.
S
P Pel
b) Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya
melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa
kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
·
Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat
di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan
imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
- Sampah
dibuang Rina.
- Barang
itu dijual paman.
·
Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek
pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang
lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat
awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata
dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja "aus" (kata kerja
yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan “ber-“).
Contoh:
- akan
saya sampaikan pesanmu.
- Saya
berikan bukuku.
v Cara mengubah kalimat aktif menjadi
kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif
dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan
di-.
3. Tambahkan kata oleh di
belakang predikat.
Contoh :
Bapak memancing ikan. (aktif)
.
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka
awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus
memngerjakan PR. (aktif)
.
PR harus kukerjakan. (pasif)
8. Kalimat Mayor dan Minor
a) Kalimat
mayor adalah kalimat
yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti). Kalimat mayor
klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
misalnya :
- Saya mengantuk.
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
b) kalimat
minor adalah kalimat
yang mengandung satu unsur pusat (inti). Kalimat minor hanya dibentuk
oleh subjek atau predika atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun hanya
dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat dipaham pesannya karena sudah
diketahui konteksnya (kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat dapat
berupa kalimat jawaban-jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan sapaan.
Contoh :
-
pergi!
-
mana?
-
hai!
-diam!
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kalimat adalah satuan bahasa yang
mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan
predikat.
2. Kalimat memiliki unsur penyusun
kalimat, yaitu Subjek,Predikat,objek,dan Predikat (SPOK).
3. Pola dasar kalimat adalah :
1. KB + KK
2. KB + KS
3. KB + KBil
4. KB + (KD + KB)
5. KB1 + KK + KB2
6. KB1 + KK + KB2 +
KB3
7. KB1 + KB2
4. Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat
Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif
BAB II
PARAGRAF
2.2 STRUKTUR
PARAGRAF
Paragraf terdiri
atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok
alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk
menjelaskan atau mendukung ide utama. Untuk
mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh
beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun
oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi,
kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab, atau
secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri. Dapat dikatakan
bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan, sebab di bawah paragraf
tidak lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secura utuh
dan lengkap.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa
pendapat, antara lain :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab
dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya
dimulai dengan garis baru)
2. The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan
pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi
angka Arab.
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi
keindahan karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa
kegunaan, sebagai berikut:
1. Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok
keseluruhan paragraph
2. Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran
penulisnya
3. Penanda bahwa pikiran baru dimulai,
4. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis
5. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna
bagi pengantar, transisi, dan penutup.
2
4. Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun
paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis.
Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu :
(1) transisi,
(2) kalimat topik,
(3) kalimat pengem-bang, dan
(4) kalimat penegas.
Keempat unsur ini tampil secara
bersama-sama atau sebagian, oleh karena itu, suatu paragraf atau topik paragraf
mengandung dua unsur wajib (katimat topik dan kalimat pengembang),
tiga unsur, dan mungkin empat unsur.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan
urutan unsur yang pembangun paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan
menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
1. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat
pengembang, dan kalimat penegas.
2. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik,
kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
3. Parazraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat peneges.
4. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik,
dan kalimat pengembang.
5. Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat
topik, kalimat pengembang.
6. Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
7. Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik.
3
BAB III
SYARAT-SYARAT
PEMBENTUKAN PARAGRAF
3.1 SYARAT-SYARAT PARAGRAF
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua
kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau
suatu tema tertenru. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu
memuat satu hal saja.
2. Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah
kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk
suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila hubungan timbal balik antar
kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan
sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal, seperti pengulangan
kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan kesejajaran(paralelisme).
3. Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik. Paragraf
yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang kurang lengkap.
Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan pengulangan-pengulangan
adalah paragraf yang tidak lengkap.
4. Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai
tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya suatu Bahasa dan
tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
Memperhitungkar, 4 hal :
· Penyusunan kalimat topik,
· Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,
· Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan
· Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di
dalam paragraf.
4
5. Pola Sususnan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf
harus disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan yang satu disusun oleh
pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca
diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang
bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan
ilmiah. antara lain :
(1) pola runtunan waktu,
(2) pola uraian sebab akibat,
(3) pola perbandingan dan
pertentangan,
(4) pola analogi,
(5) pola daftar, dan
(6) pola lain.
Ada tiga teknik pengembangan
paragraf :
1. Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami
berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan
waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan,
atau tindakan.
2. Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini
berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi
atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pads bagian
akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian dengan
posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol disebut
antiklimaks.
3. Umum Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk Umum ke Khuss utama
diletakkan di awal paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam bentuk
khusus-umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf, disebut paragraf induktif.
3.2 MACAM-MACAM PARAGRAF
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan
tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
5
2. Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran
suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal
atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal
tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi
emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5. Narasi
Karangan ini berisi rangkaian
peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis
ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.
6
3.2.1 Macam-macam paragraf
berdasarkan tujuannya
1. Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki
sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan diuraikan.
Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian
orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu
berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan
oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami
stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti
masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini
lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung
bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat
deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun
berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan
pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk
kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi
simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai
hal-hal yang dianggap penting.
Contoh paragraf penutup :
Demikian proposal yang kami buat.
Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta
bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
3.2.2 Macam-macam paragraf
berdasarkan letak kalimat utama
1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan
terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum
yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana
itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi,
hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
7
2. Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama
di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan
diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana
pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi
tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat
komunikasi yang penting, efektif dan efisien.
3. Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama
di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan
kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan
dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang
dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi
yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia
tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
3.2.3 Macam-macam paragraf berdasarkan isi
1. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak
tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf.
Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh paragraf deskripsi :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di
seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya
hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh
di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan
angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.
2. Paragraf proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat
utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang
memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks
dan antiklimaks.
3. Paragraf efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf
yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu
pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar
kalimat.
8
3.3 UNSUR-UNSUR PARAGRAF
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur
pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana
mestinya Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok
pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau
paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin
sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang
telah ditentukan sebelumnya.
Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan
suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran
utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf
atau pun diawal dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau
ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
Deduktif
: kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif
: kalimat utama diletakan di akhir anilea
Variatif
: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
Deskriptif/naratif
: kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai
penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi
gagasan penjelas. Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan
yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Provokatif (menarik)
2. Berbentuk frase
3. Relevan (sesuai dengan isi)
4. Logis
5. Spesifik
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dan Saran
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu Bahasa
Indonesia dapat member kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia
adalah Bahasa Resmi kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias menambah
Cakrawa dan pemikiran dan berbahasa yang lusa.
Thanks sob inponya,,,
BalasHapusJasa Seo Jasa Seo Murah Vimax Kanada
kunjungi : http://www.mrofiudin29.com/
BalasHapus