Antara orang Jerman dan Indonesia terjalin sejarah yang
panjang, sudah dimulai sejak abad ke-16 ketika para pedagang Jerman yang
menumpang kapal-kapal Belanda maupun Portugis mendatangi wilayah yang dahulu
dikenal dengan sebutan Hindia Timur. Selama masa penjajahan Belanda ribuan
orang Jerman datang ke Indonesia, baik sebagai pegawai bagian administrasi di
bawah Koloni Belanda, maupun sebagai insinyur, tenaga teknis serta tidak
ketinggalan sebagai peneliti dan ilmuwan.
Industri Jerman telah ada sejak pertengahan abad ke-19 di Indonesia.
Setelah tahun 1945 para pengusaha Jerman, tenaga ahli Jerman di bidang kerja
sama pembangunan maupun bidang pendidikan dan penelitian, serta pertukaran
akademis yang intensif melanjutkan hubungan Jerman dan Indonesia yang selama
ini baik.
A. Hubungan bilateral antar kebudayaan
Perubahan situasi politik yang terjadi sejak
tahun 1998, telah membawa Indonesia
pada suatu perkembangan
kebudayaan yang dinamis. Dalam hal mana Goethe-Institut Jakarta (yang memiliki
cabang di kota pelajar Bandung) mempunyai peranan penting. Goethe
Institut mengorganisir berbagai kegiatan dalam hampir segala bidang kebudayaan,
apakah itu musik, film, pameran, tari ataupun teater. Proyek-proyek tersebut
tidak terbatas hanya sebagai perantara kebudayaan Jerman, tetapi dengan ikut
sertanya seniman dan seniwati Indonesia
pada lokakarya dan semacamnya, terjalinlah suatu dialog yang hidup antar dua
kebudayaan. Dalam lingkup yang lebih kecil Kedutaan Besar Jerman juga
menyelenggarakan berbagai konser dan pameran.
Beberapa perkumpulan kebudayaan Jerman-Indonesia juga menyelenggarakan pameran
dan proyek lainnya di Jerman dan di Indonesia. Cukup banyak seniman dan seniwati Jerman, yang terinspirasi oleh pesona Indonesia
dan kemudian dituangkan dalam karya mereka. Mereka juga memiliki sanggar dan
bengkel seni di sini. Mengikuti tradisi pelukis dan pemusik Walter Spies (1895
– 1942) banyak di antara para seniman Jerman yang menetap di Bali.
Satu unsur penting hubungan kebudaayan
selanjutnya adalah kerja sama di bidang perguruan tinggi. Sejak tahun 1945 kira-kira 20.000 pelajar
Indonesia melanjutkan studi mereka di Jerman. Antara banyak universitas Jerman
dan Indonesia telah terjalin suatu kerja sama yang erat dalam bidang penelitian
dan pengajaran. Pemerintah Republik Federal Jerman sangat berkeinginan, agar
mahasiswa yang berkualifikasi dapat melanjutkan studi mereka di Jerman.
Meskipun mendapat persaingan ketat dari universitas di kawasan Anglo-Saxon
(negara berbahasa Inggris), sejak beberapa waktu yang lalu di Indonesia telah
berhasil dicapai suatu perkembangan yang patut diperhatikan. Berkat usaha DAAD
dan Kedutaan Besar Jerman jumlah orang Indonesia yang melanjutkan studi mereka
di perguruan tinggi Jerman yang berjumlah 2.000 orang.
B. Hubungan ekonomi bilateral
Hubungan ekonomi
antara Indonesia dan Jerman memiliki tradisi yang baik, cukup lama dan
intensif. Jerman memiliki hubungan yang lebih tua dan lebih dalam ke Indonesia
daripada ke negara-negara lainnya di Asia Timur atau Tenggara. Sejak abad ke 16 telah banyak saudagar, ilmuwan, dokter, misionaris,
tentara dan pegawai dari Jerman yang tinggal di Indonesia. Kehadiran perekonomian
Jerman di Indonesia sudah dimuali sejak abad ke 19 (Siemens 1855, Krupp 1876).
Perekonomian Republik Federal Jerman
terintegrasi secara internasional, tidak seperti perekonomian dari sebagian
besar negara lainnya yang tidak begitu terintegrasi ke dunia internasional. Pada saat ini
perusahaan-perusahaan Jerman menghasilkan kira-kira sepertiga omset mereka
melalui perdagangan dengan luar negeri – tendensinya naik. Masa depan lokasi
bisnis Jerman dan banyak pabrik tergantung dari perdagangan luar negeri yang
dinamis. Oleh karenanya persaingan bebas, pasar terbuka dan persyaratan yang
mendukung perdagangan dan investasi sangat menentukan.
Demi tujuan tersebut Bagian Ekonomi Kedutaan dan
Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman EKONID berusaha menjadi kontak person yang
terpenting di Indonesia bagi para pelaku bisnis dari Jerman. Mereka juga
mendapatkan dukungan dari koresponden Kantor Federal Ekonomi Luar Negeri (bfai)
yang juga berkedudukan di Jakarta, seperti halnya Lembaga Kredit untuk
Pembangunan Kembali (Kreditanstalt für Wiederaufbau – KfW).
C. Tujuan politik pembangunan Jerman
Tujuan politik pembangunan Jerman adalah untuk
memperbaiki situasi kehidupan masyarakat, terutama masyarakat miskin, di
negara-negara mitra kami.
Politik tersebut mengikuti cita-cita pembangunan
global yang berkesinambungan, yang dimana generasi sekarang memiliki kemungkinan
untuk berkembang, tanpa membatasi kesempatan generasi mendatang.
Pembangunan
global yang berkesinambungan mensyaratkan tiga hal penting yang harus
terpenuhi:
·
Pertumbuhan
ekonomi yang produktif
·
Keadilan
sosial dan
·
Ekologi yang
berkesinambungan
Kerjasama pembangunan membantu penerapan ketiga tujuan
ini di negara-negara mitra dengan pemberantasan kemiskinan, peningkatan
pertumbuhan ekonomi dengan pengembangan sektor privat dan perlindungan dasar
kehidupan alam.
Tujuan pembangunan global yang berkesinambungan hanya
akan tercapai, apabila reformasi dan penyesuaian struktur di negara-negara
industri yang diperlukan terjadi di setiap level. Oleh karenanya usaha kami
dalam (membentuk) kerjasama dengan mitra-mitra kami harus didukung oleh para
politisi di dalam negeri. Ini merupakan hal yang terpenting yaitu mengenai
kepercayaan dan juga pandangan masa depan politik pembangunan. Selain itu,
reformasi dalam negeri di negara-negara industri memberikan ruang gerak
finansial bagi kelanjutan bantuan luar negeri dalam jangka panjang.
Politik pembangunan
merupakan tugas bersama yang memerlukan/mensyaratkan tujuan bersama. Politik
tersebut membentuk kerangka bagi kerjasama dengan negara-negara mitra. Tujuan
global tersebut ditetapkan dalam konferensi-konferensi internasional.
Masyarakat internasional telah memformulasikan tujuan bersama mereka dalam
puncak milenium di New York, dalam konferensi PBB di Monterrey tentang
pembiayaan pembangunan dan dalam konferensi berkesinambungan di Johannesburg.
Republik Federal Jerman
telah berkomitmen untuk andil secara aktiv dalam mewujudkan tujuan-tujuan
tersebut. Program Aksi 2015 lintas instansi merupakan
instrumen sentral Pemerintah Jerman dalam rangka memenuhi tugas-tugas
tersebut. Program aksi
tersebut berorientasi kepada tiga Tujuan utama yaitu memerangi
kemiskinan, mengamankan perdamaian, pelaksanaan globalisasi dengan adil.
Penanggungjawab adalah Kementrian Federal Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan
(BMZ).
D. Kerja sama pengembangan politik bersama Indonesia
Indonesia menjadi mitra penting bagi Jerman dalam
kerjasama pengembangan politik. Jerman dengan kontribusinya sebesar 3 milyar
euro merupakan mitra bilateral kedua terbesar setelah Jepang. Termasuk dalam
jumlah ini adalah kontribusi bagi pengembangan gereja, yayasan-yayasan politik
dan LSM (Organisasi Non-Pemerintah) lainnya.Melalui instrumen multilateral
seperti PBB, Bank Dunia, ADB (Bank Pembangunan Asia) dan Dana Pembangunan Uni
Eropa, Jerman juga membantu program-program pembangunan di Indonesia dalam
jumlah yang cukup besar.
Kerjasama antara Indonesia
dengan Jerman telah terbentuk sejak tahun limapuluhan. Aktivitas pendamping
proses reformasi Indonesia terkonsentrasi dengan sangat baik sejak beberapa
tahun ini di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta serta NTB dan NTT dengan tingkat
pembangunan yang lemah di Timur Indonesia.
Kerjasama Pembangunan dengan
Indonesia terkonsentrasi pada tiga bidang utama berikut yang isinya telah
ditetapkan dan disusun bersama-sama dengan mitra Indonesia. Naskah strategi
utama (SSP) untuk setiap bidang yang telah disusun bersama membentuk kerangka
konsep kerjasama:
·
Bidang kesehatan termasuk
keluarga berencana dan pencegahan HIV/AIDS – titik pusat kerjasama pembangunan
Indonesia-Jerman terletak pada perbaikan akses pelayanan kesehatan yang memadai
termasuk dari segi pembiayaan bagi penduduk miskin;
·
Bidang reformasi perekonomian
– kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman terkonsentrasi pada dukungan
perekonomian regional di wilayah-wilayah dengan struktur yang lemah dengan
tujuan mencapai pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penggunaan sumber alam yang
berkesinambungan serta mendukung instrumen pembiayaan yang efektif;SSP bidang
reformasi perekonomian.
Bidang transportasi –
peningkatan mobilitas bagi penduduk berpendapatan rendah menjadi titik pusat
kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman, dimana kegiatannya dikonsentrasikan
pada angkutan penumpang kapal laut dan angkutan penumpang jarak dekat.;SSP
bidang transportasi
Dalam tema (pokok)
desentralisasi, kerjasama pembangunan Indonesia-Jerman mendampingi proses
desentralisasi yang luas di Indonesia, dimana pada tahun 2001 terjadi
pelimpahan tanggung jawab atas perencanaan pembangunan, anggaran dan personil
sekaligus dari pusat ke daerah. Untuk tema pokok ini juga telah disusun naskah
strategi.
Yayasan-yayasan politik
Jerman yang aktif di Indonesia (Yayasan Friedrich Ebert, Yayasan Friedrich
Naumann, Yayasan Konrad Adenauer, Yayasan Hanns Seidel) serta PT. Pendidikan Kelanjutan dan Pengembangan Internasional non profit
(InWEnt) dan Pusat Migrasi Internasional (CIM) juga memberikan kontribusi yang
penting, terutama dalam tema-tema tersebut.
Saat ini terdapat sekitar 32 proyek kerjasama teknik
(TZ) dan keuangan (FZ), dimana 36 tenaga ahli dipekerjakan untuk jangka waktu
lama dan sekitar 160 tenaga ahli untuk jangka waktu pendek setiap tahunnya.
Selain itu terdapat 24 tenaga ahli yang terintegrasi dan diperoleh dari Pusat
Migrasi Internasional (CIM). Dengan sekitar 20 penugasan setiap tahun, SES
membantu kualifikasi tenaga ahli dan pemimpin perusahaan kecil dan menengah di Indonesia.
Kerjasama personil dilaksanakan
oleh PT. InWEnt non profit, Pendidikan Kelanjutan dan Pengembangan
Internasional – yang lahir dari peleburan Carl Duisberg Gesellschaft (CDG) dan
Yayasan Jerman bagi Pembangunan Internasional (DSE) – dengan mengutamakan
program yang berorientasi ke praktek. Penawaran program yang berguna untuk
meningkatkan kualifikasi bekerja ini diikuti oleh sekitar 700 peserta dari
Indonesia setiap tahunnya.
Proyek skala mikro Kedutaan Besar Jerman di Indonesia
Setiap tahun disediakan dana kepada Kedutaan
Jerman Jakarta untuk pelaksanaan proyek-proyek berskala mikro di Indonesia.
Kegiatan ini ditujukan untuk terutama memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
miskin dan sangat miskin. Proyek yang dapat dibantu adalah proyek yang
dilaksanakan oleh pihak Indonesia (LSM, gereja, komunitas desa) dengan jumlah
bantuan hingga 8.000 Euro.
2. Kerjasama Indonesia – Australia
Dari hasil kerjasama dengan Australia
ini telah dicapai kesepakatan dan beberapa kerjasama yang cukup menguntungkan
kedua belah pihak terutama di sector peternakan.
Kerjasama bilateral Indonesia – Australia di bidang Pertanian
khususnya sector peternakan telah berlangsung dalam waktu yang lama. Australia
telah membantu Indonesia lebih dari 20 tahun untuk memberantas Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK), dan kini Indonesia termasuk negara yang bebas PMK dan diakui
secara internasional. Australia
juga telah membantu Indonesia
membangun Balai Penelitian Peternakan di Ciawi – Bogor.
Kerjasama di bidang pertanian
antara Indonesia dan Australia
diwadahi dalam suatu Working Group yaitu WGAFC. Pada pelaksanaan Sidang
WGAFC XI di Melbourne, Ketua WGAFC Australia dipimpin Dr. Paul Morris, Executive
Manager of Market Access and Biosecurity-AFFA, sedangkan Ketua WGAFC XI
Indonesia adalah Dr. Delima Hasri Azahari. Struktur organisasi WGAFC
terdiri dari 4 Task Force yaitu (1) Task Force on Crops and Plant
Products, (2) Task Force on Agribusiness and Support System, (3) Task
Force on Livestock and Animal Products, (4) Quarantine Consultation.
Beberapa kesepakatan dalam
pertemuan WGAFC XI tanggal 3 – 5 Maret 2005 di Melbourne tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Investment
opportunities in Indonesian Food and Agriculture Sector
Bayiss Associates Pty Ltd telah melakukan analisis dan menyampaikan informasi bahwa beberapa
sektor yang berpeluang dan perlu dilihat serta dipertimbangkan oleh
pengusaha-pengusaha Australia
diantaranya dalam: pengolahan keju, pengolahan sapi, pengembangan usaha roti,
pengolahan dan pengepakan.
2. Post
Tsunami Reconstruction
Australia melalui ACIAR (Dr. John Skerritt) menginformasikan bahwa pemerintah
Australia
telah memberikan bantuan kemanusiaan diantaranya : kesehatan dan sanitasi air;
koordinasi dan jasa pendukung; produk-produk makanan berkisar $ 33 juta.
Hal ini ditegaskan pula dalam pernyataan Perdana Menteri Howard, bantuan Australia
sebesar $ 1 milyar melalui Australia Indonesia Partnership for
Reconstruction and Development (AIPRD). Bantuan yang diberikan
berupa hibah sebesar $ 500 juta dan loan jangka panjang sebesar $ 500 juta.
Fokus bantuan dalam proyek pengembangan ekonomi dan sosial .
3. Task Force on Crops
and Plant Products:
- Proyek yang disepakati diantaranya adalah : the Efficiency of the Indonesian Vegetable Supply Chain (pihak Indonesia mengharapkan pendanaan dapat diarahkan kepada ACIAR, sementara pihak Australia masih melihat kemungkinannya dari Victorian Government, ACIAR atau DAFF); Revitalisation of the potato seed project (sumber pendanaan dari pemerintah Western Australia); New project proposal for the cotton, mango, sugar and cashew nut industries (akan didiskusikan lebih lanjut oleh kedua belah pihak melalui Ketua Task Force masing-masing).
- A Fresh project proposal on a horticultural centre of information (akan diperbaiki dan dikomunikasikan lebih lanjut oleh ketua TF masing-masing).
4. Task Force on
Agribusiness Support System:
Sebagai follow-up dari
kesepakatan Joint Meeting WGTII dan WGAFC telah dilakukan survey dan penelitian
oleh Bayiss Associates Pty Ltd Investment Opportunities in the Indonesian
Food and Agriculture Sector direncanakan akan dipublikasikan, namun dalam
pertemuan Task Force ini telah dibahas dan diputuskan untuk lebih disempurnakan
oleh DAFF dan akan dikomunikasikan antara Ketua Task Force masing-masing.
5.
Task Force on Livestock and Animal Products
- Disepakati pula untuk mengkomunikasikan lebih lanjut dalam setahun ini dalam melaksanakan: pelatihan bagi pegawai pemerintahan Indonesia dalam bidang management and business planning; joint investasi dalam industri penyamakan kulit di Indonesia, peluang investasi dalam industri susu di Indonesia, realisasi dari peluang ekspor pakan ternak ke Australia dan kerjasama dengan Universitas Murdoch.
- Isu pihak Indonesia tentang memberikan batasan berat sapi hidup yang akan diekspor ke Indonesia guna melindungi para peternak lokal, pihak Australia perlu klarifikasi lebih lanjut.
6. Quarantine
Consultation
- Australia akan menyediakan overview untuk kegiatan-kegiatan dari capacity building, termasuk SPS Capacity Building Program dan PRA workshops yang ditanggung DAFF. Pihak Indonesia sangat mendukung pelaksanaan whokshop dimaksud dan akan lebih bagus lagi PRA seminar akan dilaksanakan di Jakarta.
- Isu-isu yang diangkat dalam pertemuan Tripartite (Indonesia – Australia – PNG) dan Bilateral (Indonesia – Australia) bidang Perkarantinaan dan Kesehatan Hewan dan Tumbuhan, Pebruari 2005 di Canberra – Australia
- Pembatasan usia ekspor sapi hidup ke Indonesia, pihak Indonesia mengusulkan sebaiknya mengadakan komunikasi yang intensif dengan institusi terkait dalam hal ini Ditjen Peternakan.
- Penyelundupan Daging, disepakati kedua belah pihak bahwa untuk menanggulangi penyelundupan daging ke Indonesia ini perlu lebih meningkatkan kerjasama melalui tukar menukar informasi dalam pengiriman daging termasuk pengapalannya.
- Kegiatan survey-survey pest and disease, selama ini dilakukan oleh Northern Australia Quarantine Strategy (NAQS) dari pihak Australia termasuk dalam penanganan Avian Influenza (Flu Burung), pihak Indonesia mengusulkan agar kegiatan tersebut juga mencakup penyakit mulut dan kuku di batas-batas wilayah.
- Operasi Perbatasan, disepakati antara pihak Indonesia, Australia, Papua New Guinea dan Timor Leste untuk mendirikan Joint Study Team untuk meneliti infrastruktur dan fasilitas karantina yang diperlukan di perbatasan Timor Leste dan Papua New Guinea.
- ISPM 15 (Pengemasan kayu), Indonesia telah memulai mengimplementasikan ISPM 15 (pengemasan kayu) dan berusaha menambah jumlah perusahaan yang memenuhi syarat/berakreditasi dalam hal ini, sedangkan Australia memberikan pandangannya mengenai hal-hal yang berkenaan dengan pengemasan kayu.
- Bencana Tsunami telah menghancurkan sejumlah fasilitas karantina dan laboratorium, pihak Indonesia mengusulkan adanya bantuan pihak Australia pada area bencana merupakan bagian dari usaha untuk pembangunan kembali NAD dan Sumut.
- Pertemuan ASEAN untuk Fruit Flies, Indonesia mengharapkan konfirmasi perkembangan lebih lanjut terkait dengan fruit flies project. Pihak Australia bersedia akan memberikan informasi project dimaksud.
3. Indonesia – Suriname
Pada bulan Juli 1991 telah
berkunjung rombongan Menteri Sosial, Tenaga Kerja dan Perumahan Rakyat Suriname kepada Menteri Pertanian RI,
pokok pembicaraan mengenai kemungkinan diadakan kerjasama 2 negara di bidang
pertanian. Pada kesempatan tersebut Bapak Menteri Pertanian
RI memberikan bibit bawang putih varietas
Tawang Mangu Baru dan bawang merah varietas Bima Tegal dengan berat
masing-masing 5,5 kg untuk dicoba di Suriname.
Pada bulan Juni 1993 telah
berkunjung tim inventarisasi industri kelapa sawit dan gula Indonesia ke Suriname dan merekomendasikan
hal-hal sebagai berikut:
- Untuk industri kelapa sawit Pemerintah Indonesia dapat membantu Pemerintah Suriname dengan mengirimkan 1 (satu) orang tenaga ahli agronomi dan 1 (satu) orang tenaga ahli di bidang teknik pengolahan kelapa sawit dari swasta selama 6-12 bulan.
- Di bidang industri gula, PT Barata Indonesia telah bersedia mengirimkan tenaga ahlinya untuk merehabilitasi pabrik gula di Suriname.
- Pemerintah RI mengundang teknisi Suriname di bidang industri gula dan kelapa sawit untuk mengikuti program magang selama 1-2 bulan di PT Perkebunan terkait.
- Untuk pelaksanaan kerjasama tersebut Pemerintah RI bersedia menyediakan tenaga ahlinya, sedangkan pendanaannya disarankan untuk mencari pinjaman lunak dari negara donor misalnya anggota MEE dan Lembaga Keuangan Internasional (Bank Dunia, dll).
Pada bulan Mei 1994 rombongan
Presiden Suriname telah
melakukan kunjungan ke Indonesia.
Pihak Suriname berkeinginan
untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil) sebanyak 4000-6000 ton per tahun dari Indonesia dan membeli teh (raw material) untuk
diolah di Suriname.
Pada bulan Juli 1944 sebagai tindak lanjut kunjungan Presiden Suriname ke
Indonesia, rombongan pengusaha Indonesia telah berkunjung ke Suriname dalam
rangka mengadakan orientasi/penjajakan kemungkinan mengadakan investasi dan
kerjasama perdagangan dengan mitra dagang Suriname di bidang sumberdaya hutan,
kelapa sawit, industri alat berat pertanian, dll. Pada bulan September 1997
Deptan memberikan informasi bahwa belum dipenuhinya permintaan bantuan kepada Suriname oleh pihak Indonesia disebabkan karena belum
adanya kejelasan mengenai pembiayaan serta bentuk kerjasama yang diinginkan.
Kerjasama
KTNB, sejak 1982/1983-1994/1995, Pemerintah Suriname
telah memanfaatkan program KTNB Indonesia dengan mengirim 41 orang peserta
untuk mengikuti berbagai program sesuai dengan kebutuhannya (bidang pertanian,
penerangan dan hubungan masyarakat, pertambangan dan energi, pekerjaan umum,
social, perdagangan dan perindustrian). Tahun 1996 Pemerintah Suriname
mengirim 4 orang petani untuk mengikuti program KTNB di bidang pertanian di
daerah Jawa Barat. Pada tanggal 10 Desember 1999 melalui surat dari
KBRI di Suriname, Pemerintah Suriname meminta supaya dipertimbangkan untuk
diikutsertakan dalam program magang petani Deptan dan program-program KTNB dan
bidang lain. Program pelatihan yang dapat ditawarkan kepada Pemerintah Suriname
adalah: (1). Rice Production Technique Course. (2). Workshop Production
Agriculture Extension Methodology.
Pada tanggal 15 Oktober 1997
telah ditandatangani MOU RI
– Suriname di bidang
pertanian di Jakarta.
Pada bulan Maret 1998 Dubes RI
untuk Suriname dan Dubes Suriname untuk Indonesia telah mengadakan
pertemuan guna menindaklanjuti MoU RI-Suriname di bidang kerjasama pertanian
yang ditandatangani di Jakarta tanggal 15 Oktober 1997. Beberapa pokok
pembicaraan adalah sebagai berikut :
- Guna merehabilitasi perkebunan kelapa sawit seluas 500 ha yang aktivitasnya terhenti sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Suriname membutuhkan tenaga ahli di bidang kelapa sawit,
- Sebuah pabrik minyak kelapa sawit yang mengolah kopra di Distrik Coronie membutuhkan tenaga ahli di bidang pemrosesan kopra,
- Patomaca, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit seluas 2000 km yang sedang melakukan rehabilitasi kebunnya sejak 1992, membutuhkan tenaga ahli di bidang pemrosesan FFB (Fresh Fruit Bunches).
Tanggal 28 April-2 Mei 1999 KBRI
Paramaribo telah turut serta dalam Pameran Pertanian “Agro 99”. KBRI merupakan
satu-satunya perwakilan asing di Suriname yang mengikuti pameran
tersebut. KBRI menampilkan buku-buku dan brosur-brosur yang berisi informasi
mengenai pertanian seperti jamu, saos, kecap, bahan kosmetik, bumbu masak,
rokok kretek, contoh kayu, dll.
Pada tanggal 22 April 2003
melalui KBRI di Suriname, Pemerintah Suriname
mengharapkan bantuan Indonesia
dalam hal:
- Program pendidikan dan pelatihan untuk para petani padi serta pertukaran ahli
- Pengembangan buah-buahan (exotic fruits) seperti rambutan, durian, mangga, duku, manggis, dll.
- Bantuan tenaga ahli untuk merintis budi daya perikanan air tawar di kawasan Marienburg.
Hasil Sidang I Komisi Bersama
RI-Suriname di Paramaribo tahun 2003:
- Mengharapkan agar beberapa sub – sektor pertanian dapat dijadikan bidang kerjasama kedua negara dalam waktu dekat, juga perlunya kerjasama di bidang riset dan pengembangan beberapa komoditi seperti sektor padi, buah-buahan, pertanian organic, aquaculture, program pelatihan untuk petani padi, penelitian tanaman padi, pertukaran teknologi dan informasi di bidang tersebut. pengembangan buah-buahan (exotic fruits)
- Delegasi Suriname juga mengharapkan agar MOU mengenai kerjasama di bidang pertanian yang akan berakhir pada tahun 2004 dapat diperpanjang untuk lima tahun lagi.
- Pihak Suriname mengharapkan agar dapat lebih dikembangkan kerjasama teknik antara kedua negara termasuk kemungkinan Suriname kembali dimasukkan dalam program TCDC Indonesia. Pihak Suriname sangat mengharapkan pelaksanaan program kerjasama teknik tersebut dan telah mengusulkan program-program pelatihan antara lain di bidang pertanian, perikanan, mekanik, otomotif, kesehatan, pertambangan, program pelatihan dalam rangka pemberdayaan peran perempuan dan lain-lain. Indonesia pada dasarnya menyambut baik berbagai usulan program kerjasama tersebut dan hal ini akan dibahas lebih lanjut dengan instansi-instansi terkait di Indonesia.
Sidang II Komisi Bersama Indonesia – Suriname
diselenggarakan tanggal 22 November 2004 di Yogyakarta
dengan hasil kesepakatan sebagai berikut :
- Perlunya memperpanjang kesepakatan yang telah dituangkan oleh kedua belah pihak dalam Memorandum of Understanding (MOU) yang akan berakhir tahun 2004 serta dipertimbangkan untuk memisahkan sektor perikanan dalam MOU tersendiri.
- Pihak Suriname mengharapkan bantuan teknik berupa tenaga ahli Indonesia khususnya untuk komoditi beras dan rambutan dengan dilengkapi proposal untuk kedua komoditi tersebut. Pihak Suriname akan menanggung seluruh biaya akomodasi dan konsumsi selama tenaga ahli dimaksud bertugas di Suriname, sedangkan biaya ticket internasional (Jakarta – Paramaribo pp) diharapkan dapat dibiayai oleh Pemerintah RI. Dalam sidang disepakati akan dijajaki kemungkinan bantuan pembiayaan dari negara/lembaga donor untuk pelaksanaan kegiatan kerjasama kedua negara.
4. Indonesia – Gambia
Dalam rangka kerjasama
Selatan-selatan, Indonesia sejak dinyatakan sebagai negara yang berhasil dalam
berswasembada pangan pada awal tahun 1982, telah memberikan bantuan pertanian
kepada 28 negara yang sedang berkembang diantaranya 15 negara di Afrika termasuk
Gambia untuk membantu meningkatkan sektor pertanian rakyat antara lain dengan
mengirim para petani dan pejabat negara-negara Afrika tersebut untuk dilatih di
Indonesia.
Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan FAO membangun 2
pusat pelatihan pertanian (Agriculture Rural Farmers Training Centre /ARFTC),
masing-masing di Jenoi, Gambia untuk wilayah Afrika Barat dan di Tanzania
untuk wilayah Afrika Timur. ARFTC Jenoi, Gambia yang dioperasikan sejak
tahun 1998 telah melatih sebanyak lebih dari 1500 petani Gambia dan diantaranya
sekitar 60 orang petani dari 6 negara Afrika Barat (Senegal, Mali, Niger,
Sierra Leone, Guinea Bissau, Guinea Conakry). Bantuan Pemerintah Indonesia kepada Gambia tersebut seluruhnya mencapai
US$ 1, 4 juta yang direalisasikan dalam beberapa tahap sejak tahun 1996 dan
bantuan tersebut berakhir bulan Desember 2003. Pada Bulan September
2003 Tim Evaluasi Pertanian dari Indonesia telah mengunjungi kedua pusat
pelatihan ARFTC di Jenoi Gambia dan di Dar Es Salaam Tanzania dan hasilnya
ARFTC Jenoi Gambia dinyatakan sebagai Pusat Pelatihan Pertanian yang
terbaik. Pusat Pelatihan ARFTC dinilai sangat bermanfaat dan para petani
yang telah dilatih di Pusat tersebut telah mengembangkan dan menerapkan
pengetahuannya di lapangan dan hasilnya menunjukkan produksi pertanian mereka
meningkat 2 sampai 3 kali lipat dari sebelumnya.
Menteri Pertanian RI
telah memutuskan memberikan bantuan berupa 4 unit Hand tractors (power tiller),
400 buah cangkul dan 400 buah sabit. Bantuan ini dianggarkan dalam DIP TA 2004
dan telah disampaikan kepada Gambia
pada tahun 2004 dengan bantuan transportasinya berasal dari FAO.
5. Indonesia
– Tanzania
Tanzania telah aktif turut serta dalam program KTNB yang diselenggarakan Indonesia
sejak tahun 1982. Sampai dengan program tahun 1995/1996 sudah tercatat 177
warga negara Tanzania
yang mengikuti program KTNB. Program magang bagi petani Tanzania sejak
tahun 1990 – 1998 sebanyak 4 angkatan (28 orang petani dan 5 penyuluh peranian)
; Program pelatihan bagi pejabat pertanian Tanzania pada tahun 1995 sebanyak 2
orang (1 orang untuk Program Field Workshop on Agriculture Extension dan
1 orang untuk Rice Production Technique Course).
Departemen Pertanian RI telah
melaksanakan beberapa kerjasama teknik di bidang pertanian diantaranya adalah
program magang bagi petani Tanzania, Program pelatihan bagi pejabat pertanian
Tanzania, mendirikan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) atau Farmers
Agriculture and Rural Training Center (FARTC), serta pengiriman tenaga
ahli pertanian Indonesia ke Tanzania. Pendirian FARTC di desa
Mkido-Morogoro-Tanzania merupakan kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah
Jepang serta FAO Representative di Dar Es Salaam yang bertujuan untuk
memfasilitasi para petani Alumni Program Magang di Indonesia sehingga
diharapkan dapat memberikan/ menyebarluaskan pengalaman yang diperoleh selama
mengikuti program magang di Indonesia.
Bangunan FARTC (gedung serba
guna), pengadaan kendaraan dan motor serta sarana diklat dan bantuan pompa air
senilai US$ 155,000 merupakan sumbangan dari masyarakat petani Indonesia dimana penyalurannya dilakukan melalui
dana abadi petani Indonesia
yang disimpan oleh FAO Roma. Pembangunan FARTC merupakan inisiatif Indonesia sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi pangan di Tanzania
melalui pertanian. Dengan bantuan ini telah menunjukkan hasil yang cukup
berarti yaitu hasil gabah telah meningkat dari sebelumnya 3,8 ton/ha menjadi 6
ton/ha.
Pengiriman Tenaga Ahli :
- Tahun 1995 telah dikirimkan 3 orang Tim Tenaga Ahli Indonesia ke Tanzania yang terdiri dari 1 (satu) orang peneliti, 1 (satu) orang penyuluh, dan 1 (satu) orang petani.
- Tahun 1998 telah dikirimkan 3 orang tim teknis (1 orang petani, 1 orang Teknisi Mekanisasi, dan 1 orang penyuluh) ke Zanzibar dan 2 orang Tim teknis (Penyuluh Pertanian Senior / PPS) ke Tanzania. Pengiriman ke Zanzibar bertujuan untuk membantu petani Zanzibar dengan melakukan Dem-farm padi di desa Cheju, Zanzibar. Sedangkan yang ke Tanzania bertujuan untuk membantu kegiatan Agricultural Training Centre di FATRC di Desa Mkindo-Morogoro, Tanzania dengan bantuan dana dari TCP-FAO Roma.
- Tenaga ahli Indonesia ke KATC (Kalimanjaro Agricultural Training Centre) dalam proyek pelatihan dan pemanfaatan hewan (kerbau) di lahan pertanian.Kerjasama ini dilaksanakan dengan konsep Tripartite Financing Management dan Triangle Co-operation. Pengiriman pertama adalah seorang expert dari petani pada bulan Oktober – Desember 1997, sedangkan pada tahap berikutnya adalah 2 orang tenaga ahli pertanian pada bulan Februari–April 1999.
Selain dari pengiriman tenaga
ahli, pemerintah Indonesia
juga telah memberikan bantuan peralatan mesin pertanian berupa hand tractor
sebanyak 2 (dua) buah yang merupakan realisasi kerjasama bilateral kedua negara
di bidang pertanian lainnya.
6. Indonesia
– Madagaskar
Kerjasama dengan Pemerintah
Madagaskar di bidang petanian belum terlaksana secara kontinyu, tetapi
berdasarkan permintaan Pemerintah Madagaskar Pemerintah Indonesia telah 2 kali
mengirimkan tenaga ahli Pertanian melalui Pola kerjasama Tripartit Indonesia –
Jepang (JICA) – Madagaskar. Tahun 2002 – 2003 2 (dua) orang tenaga ahli
pertanian dan tahun 2004 – 2005 2 (dua) orang tenaga ahli pertanian Indonesia
yaitu di bidang Rice Cultivation dan Agriculture Machinary yang ditempatkan
di daerah Ambatondrazaka.
Madagaskar sangat membutuhkan
bantuan Indonesia terutama di bidang pertanian dan mengharapkan keahlian dan
kemajuan pertanian di Indonesia dapat ditransfer ke Madagaskar,
Madagaskar juga mengharapkan Indonesia untuk dapat mempertimbangkan kembali
membeli cengkeh Madagaskar dan Madagaskar akan menawarkan harga khusus.
7. Indonesia
– Fiji
Pemerintah Fiji mengharapkan bantuan dari Pemerintah Indonesia
untuk bidang pertanian. Permintaan bantuan pertanian diajukan oleh PM Fiji,
Laisenia Qarase kepada Presiden
RI dalam pertemuan di KTT
Johannesburg tahun 2002. Kunjungan Tim Deptan untuk persiapan
pemberian bantuan sudah dilaksanakan pada tanggal 21 – 22 Desember 2003 di
wilayah Dreketi Fiji Utara, kunjungan ini untuk meninjau kondisi fisik lahan
pertanian, sarana pengairan, benih padi, jenis pupuk, dan sarana yang
digunakan, serta pusat pelatihan yang akan digunakan untuk proyek percontohan
dimaksud.
Pada tanggal 27 – 29 April 2004
Menteri Pertanian mengadakan kunjungan ke Fiji
dalam rangka mewakili Presiden RI
untuk menyerahkan bantuan kepada Pemerintah Fiji untuk memperkuat hubungan
bilateral kedua negara. Pada tanggal 28 April 2004, bantuan tersebut
telah diserahkan berupa 10 (sepuluh) traktor tangan dan penempatan tiga penyuluh
pertanian. Penyerahan bantuan ini ditandai dengan penandatanganan nota
penyerahan bantuan yang dilakukan oleh Dubes
RI untuk Fiji, Albert Matondang
dan Sekjen Kementrian Pertanian Fiji, Luke Ratuvuki. Bantuan diserahkan
secara langsung oleh Menteri Pertanian RI, Dr. Bungaran Saragih kepada wakil
Pemerintah Fiji,
Mr. Luke Ratuvuki. Bantuan ini merupakan wujud kerjasama Selatan-Selatan Indonesia, yang sebelumnya banyak
dilakukan dengan negara-negara di Afrika. Selain itu juga menyadari bahwa
Indonesia adalah bagian dari
kawasan Pasifik, maka Indonesia
ingin meningkatkan kerjasama dengan negara-negara di kawasan ini dan Fiji
menjadi negara pertama penerima bantuan, dan akan disusul dengan negara-negara
Pasifik lainnya.
Pada kunjungan kerja ini juga dilakukan
pertemuan dengan Menteri Petanian Fiji Mr Jonetani Galuinadi dan
jajarannya, serta Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Luar Negeri Mr. Kaliopate
Tavola. Pembicaraan diarahkan pada berbagai peluang yang dapat
dikembangkan sebagai sesama negara kepulauan dan tropis serta berkembang yang
memiliki kesamaan masalah dan peluang yang dapat saling menguatkan atau
komplementer. Peluang perdagangan dan investasi di bidang pertanian
antara lain terbuka kemungkinan pemasaran gula dari Fiji ke Indonesia, sementara
dari Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor produk olahan makanan, peralatan
rumah tangga, minyak kelapa sawit, mesin pertanian, perkapalan, serta kendaraan
rakitan Toyota kijang. Selain itu juga dibicarakan kemungkinan membuka
jalur penerbangan langsung Denpasar – Nadi untuk meningkatkan arus perdagangan
dan pariwisata antar kedua negara.
Menteri Pertanian RI juga
mengusulkan perlunya mempererat kerjasama dalam memperjuangkan kepentingan
negara berkembang di forum WTO khususnya menyangkut Strategic Special
Product di bidang pertanian, yang memerlukan perlakuan tersendiri demi
mengamankan kepentingan negara berkembang. Menlu Tavola mendukung penuh
saran tersebut dan akan memerintahkan Duta Besar Fiji di Jenewa untuk
menggalang kerjasama dengan Watapri di Jenewa. Selain itu Menlu Tavola
mengulangi arti pentingnya Indonesia
di dalam mensukseskan kebijakan menoleh ke Utara, dan karena itu menyambut
hangat pembukaan KBRI di Suva. Sebagai imbalannya Fiji sudah mengajukan pencalonan Dubes Fiji untuk Jakarta
berkedudukan di Kuala Lumpur yang merupakan
langkah pertama karena Fiji
bermaksud membuka perwakilannya di Jakarta
di masa mendatang.
Peluang kerjasama di bidang
pertanian disepakati untuk mengkaji peningkatan kapasitas, penelitian dan alih
teknologi, pengelolaan daerah aliran sungai dan system irigasi serta kerjasama
di bidang karantina pertanian. Secara khusus Menteri Pertanian Fiji
menyampaikan harapan untuk mendapatkan penambahan pelatihan pertanian bagi
pejabat Fiji di Indonesia.
Tanggal 22 Oktober 2004,
bertempat di Training Center Pertanian Dreketi – Fiji
telah dilakukan acara penutupan pelatihan pertanian yang dilaksanakan selama 3
bulan oleh para tenaga ahli (peneliti dan penyuluh) asal Indonesia dengan hasil yang sangat
memuaskan. Acara penutupan ini mendapat sambutan yang sangat luas dari
masyarakat setempat dan diliput oleh media cetak dan elektronik nasional, juga
dilakukan kunjungan lapangan ke area percontohan tanam. Menteri Pertanian Fiji terkejut ketika melihat begitu banyaknya
bulir-bulir padi yang dihasilkan pada setiap batangnya padahal bibit yang
digunakan adalah bibit varietas lokal karena bibit asal Indonesia masih dalam karantina.
Pada kesempatan tersebut juga diberitahukan bahwa para petani juga diajarkan
sistem tanam baru yang dikenal di Indonesia sebagai sistem Legowo.
Pada tanggal 29 Desember 2004 –
1 Januari 2005 Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian, DR. Soedijanto
Padmowihardjo telah melakukan kunjungan ke Fiji dengan hasil antara lain sbb:
(1) Hasil
pelatihan Expert dari Indonesia di Fiji untuk budidaya padi sangat memberikan
manfaat dan sudah berhasil meningkatkan produksi sebanyak 30 % dengan benih
local Fiji (semula 3 ton/ha menjadi 3,9 ton/ha dengan menggunakan Sistem
Legowo). Sedangkan benih unggul asal Indonesia (Varietas IR64, Situ
Bagendit dan Ciherang) yang ditanam mampu menghasilkan minimal dua kali lipat
dari benih local. Untuk itu Pemerintah Fiji
mengharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui penggunaan benih
unggul asal Indonesia dan
juga penggunaan alat-alat pertanian seperti yang telah diberikan oleh
Pemerintah Indonesia.
(2) Pihak
Fiji (petani, petugas, pengusaha, pejabat) mengharapkan kerjasama ini
diteruskan dan cakupannya diperluas yaitu bukan hanya untuk tanaman padi tetapi
untuk tanaman sayuran, palawija, buah-buahan, obat-obatan. Tidak hanya
menyangkut masalah agronomi, tetapi juga masalah pengolahan makanan, teknologi
pasca panen, irigasi, pengendalian hama
dan penyakit, teknologi informasi dan komunikasi, mekanisasi, small mobile
rice milling unit, dan karantina. Kerjasama ini memerlukan adanya
dukungan fihak ketiga yang mau menyediakan dana, sehingga terjadi kerjasama
trilateral, misalnya dari JICA, FAO, atau AUSAID.
(3) Alat-alat
pertanian (traktor tangan dan sabit) yang telah disumbangkan Pemerintah
RI kepada petani Fiji sangat berguna dan membantu
petani setempat. Para petani Fiji telah menyampaikan minatnya
untuk membeli secara komersial traktor tangan Quick G-1000 dan juga alat
pemanen padi (reapers).
(4) Pemerintah Fiji
mengusulkan untuk membentuk Bilateral Quarantine Agreement (BQA) agar
di masa mendatang kedua negara dapat saling memperdagangkan/menukar produk
pertanian, ternak dan turunannya. Standar karantina yang digunakan di Fiji adalah standar karantina model Australia.
(5)
Dalam kunjungan Menteri Pertanian, Gula dan Land Resettlement Fiji ke Indonesia
tentative agenda diusulkan sebagai berikut :
- Menandatangani MOU follow up kerjasama (setingkat Menteri)
- Menandatangani BQA (by letter Quarantine Agreement) : setingkat Direktur Jenderal
- Menyusun JAC (Joint Agriculture Cooperation) : setingkat Dirjen atau Direktur. Bidang yang diminati adalah : Irrigasi, Agronomi (padi, hortikultura, secondary crops, spice crops seperti vanili, jahe, lada hitam), alat dan mesin pertanian, teknologi pasca panen, teknologi pangan dan ICT (information Communication Technology).
Bantuan Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Fiji tahun 2004 membuka peluang untuk menjual
produk pertanian Indonesia
ke Fiji
di masa mendatang.
Pada tanggal 10 Pebruari 2005
telah dilakukan pertemuan segitiga antara Kementerian Pertanian Fiji (dipimpin
langsung oleh Menteri Pertanian Fiji, Mr. Ilaitia Bulidiri Tuisese), Kepala
JICA (Mr. Ikeshiro Tadashi), dan Dubes RI untuk Fiji serta Sekretaris III Bidang
Ekonomi KBRI Suva. Dalam pertemuan ini dilakukan pembicaraan tahap awal
mengenai gagasan agar JICA dapat menjadi penyandang dana program pelatihan
pertanian yang akan diberikan oleh para ahli Indonesia
karena sejak ditutupnya pelatihan pertanian di Fiji, banyak para petani setempat
yang berharap akan kelanjutan dari proyek ini.
Pada tanggal 1 – 7 Mei 2005
Menteri Pertanian, Gula, dan Pertanahan Fiji, HE Mr. Ilaitia Bulidiri Tuisese
mengadakan kunjungan kerja ke Indonesia disertai dua pejabat yaitu
: Mr. Luke V. Ratuvuki (Chief Executive Officer for Agriculture,
Sugar, and Land Resettlement) dan Mr. Viliame Gucake (Acting Principal
Economic Planning Officer) Acara dengan Menteri Pertanian RI
pada tgl. 2 Mei 2005 di Deptan :
- Courtesy Call dilanjutkan Pertemuan Bilateral.
- Presentasi Kerjasama Trilateral (RI-Fiji-Jepang/JICA) oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian.
- Presentasi Kerjasama Perkarantinaan oleh pihak Fiji.
- Presentasi mengenai Sugar Export Mechanism oleh Ketua DGI
- Penandatanganan MOU Kerjasama Pertanian oleh kedua Menteri.
- Speech oleh Menteri Pertanian RI dan Return Speech oleh Menteri Pertanian Fiji.
Tanggal 3 – 7 Mei 2005
dilanjutkan dengan mengunjungi Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali, untuk meninjau
sentra kerajinan tangan berbahan kayu, perusahaan alsintan dan subak.
Selama berada di Indonesia,
Tamu didampingi oleh Pejabat Eselon II dari Ditjen BSP dan Badan SDM Pertanian.
Pada bulan Agustus 2005 ada
informasi bahwa tanaman padi di Dreketi terserang jamur dan media massa
menyatakan bahwa jamur tersebut dari Indonesia namun Pihak Pertanian Fiji
membantah bahwa jamur tersebut sudah ada di Fiji sejak tahun 1970an. Fiji tetap
berkeinginan untuk melanjutkan kerjasama di bidang pertanian dan menyatakan
keinginannya untuk membeli alat dan mesin seperti kapal keruk dan traktor
tangan dari Indonesia.
8. Indonesia
– Papua New Guinea
Di bidang kerjasama teknik, PNG
selama ini telah memanfaatkan dan mengikuti secara aktif program-program
“Kerjasama Teknik antara Negara Berkembang (KTNB)” Indonesia. Program-program KTNB
yang diikuti adalah di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan,
pembangunan desa, pekerjaan umum dan koperasi. Pemerintah PNG menghargai
bantuan yang telah diberikan Pemerintah Indonesia di bidang ini.
Untuk mengembangkan sumberdaya manusia di masa yang akan datang, Pemerintah PNG
juga mengharapkan agar latihan yang diberikan selama ini terus dapat
dilanjutkan terutama di bidang pertanian.
Pada dasarnya kerjasama
bilateral di bidang pertanian antara Indonesia
– Papua New Guinea
belum dilakukan secara optimal. Dasar hubungan bilateral RI-PNG
mengacu pada Basic Arrangement yang ditandatangani oleh kedua negara
pada tahun 1990. Pertemuan bilateral I RI-PNG dilaksanakan pada tanggal 12-13
Februari 2001, di Jayapura, Irian Jaya, sebagai Review Basic Arrangement
yang mengatur tentang masalah-masalah di perbatasan kedua negara tahun 1990,
yang telah diperpanjang selama 1 (satu) tahun. Pada pertemuan tersebut telah
dihasilkan kesepakatan-kesepakatan untuk perubahan/usul-usul kedua negara antara
lain tentang pengaturan masalah-masalah pabean dan karantina.
Pada tanggal 16 Nopember s/d 2
Desember 1996 telah berkunjung ke Indonesia rombongan Mahasiswa dari Higlands
Agricultural College, Mt. Hagen, Papua New Guinea yang berjumlah 50
orang. Kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka mempelajari dari
dekat tentang perkembangan pertanian di Indonesia, khususnya bidang
peternakan, perikanan, manajemen pelayanan penyuluhan, strategi pemasaran dan
fasilitas-fasilitas pinjaman keuangan dalam menunjang pengembangan pertanian.
Pada tanggal 8 s/d 18 Juli 1996
telah berkunjung rombongan dari PNG yang terdiri dari petani dan asosiasi
kelapa sawit. Maksud kunjungan adalah dalam rangka : (a) Menambah
pengetahuan/pengalaman para petani/ pejabat terkait tentang kemajuan-kemajuan
di bidang “Processing dan Marketing” kelapa sawit di Indonesia, (b)
Mengadakan pertemuan dengan para petani, tenaga ahli maupun para peneliti di
pusat-pusat penelitian kelapa sawit, (c) Mengadakan kunjungan ke lapangan
(petani kelapa sawit) yang telah sukses mengembangkan perkebunan kelapa sawit,
(d) Mengadakan tukar menukar informasi/pengalaman dengan sesama petani kelapa
sawit di Indonesia. (e) Mengunjungi instansi terkait lainnya yang mempunyai
kontribusi penting di dalam mengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Dalam rangka melakukan studi
banding teknik pengembangan tanaman padi, Tim Studi Banding PNG meninjau dan
belajar tentang sistim tanaman/ pertanian padi di Jayapura dan sekitarnya, pada
tanggal 11-12 Maret 2000 telah berkunjung rombongan dari Gulf Province salah
satu propinsi di PNG. Rombongan terdiri dari para pejabat Pemerintahan,
Ketua Kelompok Pertanian serta wakil dari para petani setempat.
Pelaksanaan kunjungan dimaksud diatur dan dikoordinir oleh Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Propinsi Irian Jaya.
Hasil pertemuan Sidang I Komisi
Bersama RI – PNG di Port Moresby 4 – 6 Juni 2003 disepakati untuk membentuk Working
Group Agriculture, Quarantine, Marine and Fisheries. Departemen
Pertanian diharapkan menjadi Focal Point untuk Working Group tersebut.
Sebagai anggota Working Group Dep. Kelautan dan Perikanan telah Menindaklanjuti
kesepaktan pada Sidang I Komisi Bersama melalui pertemuan berskala
internasional guna membahas masalah pulau-pulau kecil di perbatasan. Pada
saat ini sedang dipelajari kemungkinan pembuatan Kepres yang berkaitan dengan
pulau-pulau kecil terluar. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil serta
Ditjen Perikanan Tangkap diusulkan untuk ikut berperan dalam hal ini.
Pada tanggal 28 – 30 Oktober
2003 telah dilaksanakan Sidang Perundingan Joint Border Committee (JBC) RI –
PNG ke-22 di Madang, Papua New Guinea. Hasil dari
sidang tersebut yang berkaitan dengan bidang pertanian adalah :
- Kedua belah pihak sepakat akan mebuka Pos Lintas Batas, apabila dimungkinkan akan dibuka pada bulan Juni 2004. Hal ini didukung pihak PNG karena waktu pembukaan pos perbatasan pada bulan Juni 2004 bersamaan dengan waktu pelaksanaan Launching Cross-Border Vehicle Movements Arrangements.
- Telah ditandatangani MoU on Collaborative Plant and Animal Health and Quarantine Activities between PNG and Indonesia.
Pengiriman tenaga ahli pertanian
Indonesia, melalui kerjasama Tripartite Indonesia – PNG – Jepang, pada tanggal
27 Oktober 2003 – 24 Januari 2004 telah dikirimkan expert dari Indonesia
dibidang Rice Cultivation untuk kegiatan Promotion of Smallholder
Rice Production Development, dan telah dilaksanakan dengan baik, dan untuk
saat ini telah dilakukan perpanjangan selama 1 tahun.
Dibidang pertukaran informasi,
memenuhi permintaan pihak East Britain Provincial Administartion (ENBPA),
PNG Indonesia telah menyampaikan informasi tentang processing kelapa sawit di Indonesia,
sebagai berikut :
Historical Statistics
(development, production, export, Indonesian consumption):
- Structure of the Industry
- Location of the Industry
- Intended Expansion
- Soils (most suitable)
- Planting Material
- Climate (rainfall, sunlight/solar radiation) most suitable
- Transport Infrastructure
- Social Infrastructure (schools, hospitals, community centers)
- Production Models (eg. Nucleus Estate/Settlers)
- Incentive to Develop.
- What is meant by “plasma/tree crop transmigration program”
Pada tanggal 1 – 9 Maret 2004
telah diadakan kunjungan 4 (empat) orang pejabat Deptan PNG dengan dikoordinir
oleh JICA yang akan mempelajari bidang Rice Farmers, Group and
Activities dalam rangka kerjasama teknik dengan Pemerintah Jepang (JICA).
Pada tanggal 24 – 26 Juni 2004
telah dilaksanakan Informal Bilateral Meeting
RI – PNG di Jayapura. DELRI
dipimpin oleh Kepala Badan Karantina. Agenda yang dibahas adalah
(1) Agribusiness and Trade Consultation dan (2) Sanitary and
Phytosanitary Consultation.
Pada tanggal 6 – 13 Desember
2004 telah berkunjung 2 (dua) orang pejabat Deptan PNG dan 2 (dua) orang
petani PNG dan JICA bertindak sebagai fasilitator bermaksud untuk mempelajari Rice
Farmers, Group and Activities terutama untuk dataran tinggi.
9. Indonesia
– Vanuatu
Pada tanggal 19 – 21 Februari
2001 Dubes RI telah mengadakan kunjungan pamitan kepada
sejumlah pejabat tinggi yang disertai juga oleh Delegasi Deptan dan 6
pengusaha. Pada kesempatan tersebut dibahas mengenai kemungkinan impor
ternak dan daging sapi dari Vanuatu
serta tindak lanjut kemungkinan impor ternak dan daging sapi dari Vanuatu serta tindak lanjut kemungkinan ekspor
barang produksi Indonesia ke
Vanuatu.
Kerjasama bilateral RI – Vanuatu di bidang peternakan, pada tanggal 19 Februari
2001 di Vanuatu telah ditandatangani kesepakatan bilateral dalam bentuk Record
of Discussion antara Ditjen BP Peternakan dengan Ditjen Kementrian
Pertanian, Karantina, Kehutanan dan Perikanan Republik Vanuatu.
Ekspor ternak sapi Vanuatu ke
Indonesia telah berjalan 1 kali sebanyak 1750 ekor pada tahun 2002, dan pada
tahun 2003 tidak ada impor. Hal ini tidak terealisir karena hal-hal
sebagai berikut:
- Ternak sapi bibit bakalan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup banyak untuk dikirim ke Indonesia secara kontinyu.
- Pelabuhan untuk keperluan tersebut tidak memenuhi persyaratan antara lain jaraknya terlalu jauh
- Kerjasama antar negara tadinya dimaksudkan untuk pendekatan politis yaitu melalui bisnis dengan feedlotter atau peternak sapi bakalan.
Pada tanggal 9 Maret 2004
Menteri Luar negeri Vanuatu H.E Moana Jacques Carcasses Kalosil dan rombongan
(H.E Kalo Toara Daniel – Member of Parliament, Mr. Kalfau G. Kaloris – Director
of the Department of Foreign Affairs, Mr. Nato Taiwia) serta didampingi Kepala
Bidang Politik KBRI di Canberra mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menteri
Pertanian RI. Hal-hal penting yang dibicarakan adalah:
- Perlunya peningkatan kerjasama antara kedua negara khususnya di bidang pertanian, mengingat kerjasama kedua negara mempunyai dampak politis terutama terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Kerjasama yang telah dirintis untuk komoditi peternakan perlu dilanjutkan kembali.
- Bapak menteri Pertanian berkeinginan untuk berkunjung ke Vanuatu bersamaan dengan rencana kunjungan kerja ke Fiji yaitu dalam rangka menyerahkan secara resmi bantuan Pemerintah Indonesia sekaligus pembukaan pelatihan bidang pertanian.
Pada tanggal 29 April – 1 Mei
2004 Menteri Pertanian RI
telah mengadakan kunjungan ke Vanuatu
(dalam satu rangkaian kunjungan ke Fiji). Misi utama
Delegasi RI adalah meningkatkan kerjasama bilateral bidang pertanian sekaligus
merupakan salah satu upaya mendukung kepentingan nasional dalam rangka mencegah
potensi disintegrasi Irian Jaya/Papua dari wilayah NKRI oleh kelompok separatis
yang cenderung menjadikan Vanuatu sebagai basis operasinya di Pasifik.
Disamping itu juga untuk memantau sejauh mana tekanan-tekanan partai oposisi
untuk mempengaruhi perkembangan politik para pimpinan Pemerintah Vanuatu
terhadap masalah Papua dan langkah kerjasama bilateral di berbagai bidang yang
berpotensi untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Beberapa
hal lain yang dibicarakan pada kunjungan tersebut mencakup penjajakan untuk
kerjasama di bidang perdagangan, pertanian, perikanan, perhubungan, koperasi
dan pariwisata.
Pada kesempatan tersebut
pemerintah Vanuatu telah
menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan sebesar-besarnya
kepada Pemerintah RI
atas sumbangan sebesar US$40.000,- sebagai tanda simpati atas musibah badai Ivy
yang melanda Vanuatu
pada akhir Februari 2004. Mengingat badai tersebut juga telah merusak
sekitar 40% lahan pertanian penduduk Vanuatu, untuk meringankan beban petani
Vanuatu, Mentan RI telah pula menyampaikan ‘pledge’ kepada Pemerintah Vanuatu
untuk memberikan bantuan berupa 5 perangkat hand tractors. Bantuan 5 buah
hand tractor sudah disediakan oleh Ditjen Bina Sarana Pertanian, namun
berdasarkan saran dari Dep. Luar Negeri bantuan ditunda dahulu, karena kondisi
politik di Vanuatu masih belum memungkinkan.
Rangkuman kerjasama bilateral
sampai dengan 2005 untuk 19 negara di kawasan Amerika, Afrika, dan Pasifik
secara rinci pada Tabel 3 berikut.
10. Kerjasama RI
– Arab Saudi
Kunjungan Delegasi Bank
Pertanian Saudi cabang Jeddah / 7-11 Pebruari 2005
Maksud daripada kunjungan
tersebut adalah untuk menggali potensi kerjasama bilateral antara kedua negara
di bidang peternakan, perkebunan dan perikanan serta juga melihat kemungkinan
melakukan investasi di indonesia.
Pada tanggal 7 Pebruari 2005
kunjungan lapangan dilakukan ke peternakan skala menengah yaitu layer farm
(peternakan ayam ras petelur) dan broiler farm (peternakan ayam ras pedaging)
di Kabupaten Bogor.
Pada hari berikutnya delegasi
berkesempatan mengunjungi perkebunan dan pabrik teh di Gunung Mas milik PT.
Perkebunan Nusantara VIII untuk meninjau proses produksi teh dari pemetikan
hingga pengepakan dan dilanjutkan kunjungan ke Taman Bunga Nusantara. Pada
kunjungan ini delegasi bermaksud untuk mengadaptasi pola perkebunan rumah kaca
yang dikelola untuk berbagai jenis tanaman terutama untuk jenis tanaman yang
hidup didaerah tropis.
Pada hari terakhir kunjungan,
dengan berkoordinasi dengan DKP, delegasi melakukan kunjungan ke Usaha
Pembudidayaan Ikan Hias dan Usaha Pembudidayaan Ikan Lele di Parung, Jawa
Barat. Setelah itu delegasi melanjutkan kunjungan ke Industri Kapal Ikan, PT.
Prima Maritim Nusantara Nusantara di Gunung Putri, Jawa Barat. Pada kesempatan
ini delegasi berminat dengan teknologi pembuatan kapal yang diterapkan yang
dapat menghasilkan tiga kapal dalam satu hari dan berminat pula untuk
melakukan pembelian beberapa unit kapal.
Dari hasil kunjungan ini delegasi
merangkum semua informasi yang telah diperoleh mengenai keinginan untuk
mengimport atau melakukan invetasi dalam bentuk laporan dan menyampaikan ke
Lembaga Pemerintah terkait untuk dapat ditindak lanjuti dan direalisasikan ke
dalam suatu kerjasama bilateral dua negara.
11. Kerjasama RI
– Qatar, Kuwait dan Arab Saudi
Kunjungan kerja Menteri
Pertanian RI ke Qatar, Kuwait
dan Saudi Arabia
/ 21-28 Mei 2005
Menteri Pertanian RI telah
melakukan kunjungan kerja ke Qatar (21-22 Mei 2005), Kuwait (23-24 Mei 2005)
dan Saudi Arabia (24-28 Mei 2005). Selain didampingi oleh beberapa pejabat dari
lingkup Departemen Pertanian dan Departemen Luar Negeri, juga mengikutsertakan
para pelaku usaha agribisnis diberbagai bidang. Dalam berbagai acara yang
diadakan, Menteri Pertanian didampingi oleh Duta Besar
RI dan Konsul Jenderal RI
di masing-masing negara tersebut.
Kunjungan kerja tersebut membawa
misi Pemerintah untuk peningkatan kerjasama dengan negara-negara di kawasan
Timur-Tengah. Secara khusus tujuan kunjungan kerja tersebut sebagai langkah
pendekatan secara langsung dalam rangka peningkatan hubungan kerjasama ekonomi
dan teknis melalui sektor pertanian, yang selama ini belum banyak dilakukan.
Bentuk kerjasama yang dipromosikan meliputi investasi atau usaha patungan terutama
di Indonesia melalui kerangka kerjasama antar pihak swasta, peningkatan akses
pasar komoditi pertanian Indonesia, serta membuka berbagai sumber pembiayaan
untuk mendukung pembangunan infrastruktur pertanian Indonesia terutama melalui
jalur pemerintah dan pembiayaan untuk mendukung kegiatan pelaku usaha
agribisnis.
Dalam kunjungan kerja ke tiga
negara tersebut, dilakukan pertemuan dengan Menteri yang membidangi pertanian,
berbagai lembaga keuangan pemerintah maupun internasional, Forum Temu Bisnis yang
difasilitasi pihak swasta dan KADIN. Disamping itu berlangsung pula pertemuan
dengan masyarakat Indonesia di masing-masing KBRI, peninjauan pameran
Internasional Riyadh-Food 2005 dan meninjau ke obyek pertanian di Qatar, Kuwait
dan Saudi Arabia.
Dalam menjalankan tugas
kunjungan kerja ini, Menteri Pertanian membawa pesan khusus Presiden RI yang
ditujukan kepada Kepala Negara/Pemerintahan Qatar, Kuwait dan saudi Arabia yang
berisikan dukungan dan perlunya peningkatan kerjasama disektor pertanian yang
menjadi andalan pembangunan perekonomian di Indonesia. Khusus kepada Perdana
Menteri Kuwait, Presiden RI mengharapkan
dapat berkunjung ke Indonesia
pada kesempatan rangkaian lawatannya ke Asia
dalam waktu dekat.
12. Kerjasama
Indonesia – Belanda
Working Group on
Agriculture ke-10 Indonesia
– Belanda, 16 Juni 2005
Merupakan tindak lanjut dari
pertemuan ke-9 di Belanda. Pada pertemuan kali ini Indonesia kembali
mengusulkan kembali 4 bentuk kerjasama yang berpeluang untuk memperoleh bantuan
dari Pemerintah Belanda, yaitu : Support to the Merauke’s Rice Seed Institute;
Request for Dutch Support to the center for Alleviation of Poverty through
Secondary Crops/CAPSA; Improving the Control of Golden Potato Cyst Nematoda;
Development of Horticultural Organic Farming.
Dalam kerangka kerjasama antar
swasta melalui Program for Cooperation with Emerging Market (PSOM), pihak
Belanda mengharapkan pelaku agribisnis Indonesia untuk lebih aktif dalam
mencari partner bisnisnya di Belanda.
Berkaitan dengan masalah import
bibit kentang dari Belanda, pihak Belanda memahami penjelasan Indonesia
mengenai aturandan syarat impor bibit kentang ke Indonesia yang harus pula
mengikuti peraturan perkarantinaan yang berlaku.
Menindaklanjuti proyek PBSI
(Programme Bilateral Sammenwerken Indonesia)yang bertujuan untuk pengembangan
capacity building penanganan masalah-masalah perdagangan internasional/WTO,
pihak Belanda menyetujui untuk kelanjutan proyek tersebut dan mengharapkan
Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan dapat membuat dan memformulasikan
proposal baru untuk kegiatan tersebut.
13. Kerjasama RI
– Belanda – Malaysia
Trilateral Meeting ke-3,
Indonesia-Malaysia-Belanda / 15-17 Juni 2005
Pertemuan Trilateral Indonesia,
Malaysia dan Belanda yang dibentuk tahun 2003 bertujuan untuk meningkatkan
akses pasar produk-produk pertanian Indonesia dan Malaysia ke pasar Uni Eropa
dengan bantuan Belanda termasuk bantuan teknis mengenai food safety.
Dalam tahap pertama, cakupan
kerjasama trilateral tersebut disepakati untuk tiga komoditi yaitu Palm Oil,
shrimps, sayuran dan buah tropis yang pada pertemuan ini dibentuk kedalan
Working Group untuk masing-masing komoditi.
WG on Palm Oil
Usulan kerjasama yang dibahas
dan memperoleh respon positif dari pihak Belanda adalah 4 proyek yaitu Study on
Possible of Minerals Oil in Crude Palm oil in Malaysia; Establishment of MRLs
for Pesticide Residues in Crude Palm Oil; Workshop on Food Safety Guidelines at
Province Level; RSPO Satelite Office.
WG on Tropical Fruits
and Vegetables
Pada pertemuan tersebut dilaporkan
mengenai pengalaman yang diperoleh dari pertemuan Fruit Logistica, February
2005 tentang akses pasar untuk buah tropis dan sayuran bagi pasar Belanda dan
Uni Eropa. Disampaikan pula tentang beberapa trend dan permintaan pasar bagi
produk hortikultura di pasar Belanda dan Uni Eropa seperti permintaan kontak
langsung, focus pada kekhasan produk, hubungan dan komunikasi langsung, promosi
dan pendidikan orientasi konsumen.
WG on Shrimp
Pertemuan melaporkan kemajuan
pelaksanaan proyek dan menyampaikan rencana kerja bidang shrimp termasuk Safe
and Sustainable Shrimp Farming at Farm Level; Mangrove Rehabilitation;
Shrimp Farming in Aceh Policy and Practice.
14. Kerjasama RI
– Mesir
Joint Commission Meeting
ke-4, Indonesia
– Mesir / 18-19 Juni 2005
Sidang yang berlangsung di Cairo menghasilkan
beberapa kesepakatan yang dituangkan kedalam Agreed Minutes yang ditandatangani
oleh masing-masing Ketua delegasi. Pada Sidang ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Perdagangan RI
dan delegasi Mesir dipimpin oleh Menteri Kerjasama Internasional Mesir.
Bidang yang kerjasama yang
disepakati pada Agreed Minutes tersebut adalah :
- Hubungan perdagangan
- Teknik dan ekonomi
- Industri
- Investasi
- Pariwisata
- Transportasi
- Bank Sentral
- Komunikasi, teknologi dan Informasi
- IPTEK
- Budaya, Pendidikan, Pemuda dan olah raga
- Kesehatan
- Pertanian
Khusus di bidang pertanian kedua
negara menegaskan kembali pentingnya realisasi usulan kerjasama yang pernah
disampaikan sebelumnya, dimana pihak Mesir mengusulkan i) peningkatan kerjasama
bidang pertanian; ii) pertukaran ilmu; iii) pengembangan kerjasama dibidang
produksi pertanian dan peternakan di daerah Toshka; iv) joint venture
revitalisasi pabrik gula di Indonesia, produksi dan industri pupuk, palm oil
refinery berikut produknya; v) eksportasi produk sampingan industri gula.
Sedangkan dari pihak Indonesia
juga menggaris bawahi pentingnya merealisasikan sejumlah usulan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya antara lain : peningkatan kerjasama dibidang
agribisnis pertanian, kerjasama pembangunan irigasi pertanian, pengembangan
produk hortikultura, pengembangan industri pupuk, joint venture dibidang
pergulaan, CPO dan perkapasan. Kedua pihak sepakat melaksanakan kerjasama
disektor peternakan yang ditandai dengan ditandatanganinya MoU on Veterinary Services
and Quarantine Cooperation oleh Dirjen ASPASAF Departemen Luar Negeri sebagai
Ketua Delri pada tingkat SOM) dan Dirjen Peternakan Mesir.
Untuk kerjasama teknik
disepakati akan diadakan pertukaran tenaga ahli; program pelatihan; teknologi
dan trainees di bidang pertanian.
15. Kerjasama RI
– dengan Negara Timteng
Pertemuan Informal
Menteri Pertanian RI dengan Duta Besar Kawasan Timur Tengah / 29 Juli 2005
Pertemuan yang berlangsung di
Perkebunan Teh milik PT. Perkebunan Nusantara VIII di hadiri perwakilan dari 12
negara Timur Tengah dan sejumlah pejabat dari berbagai instansi Pemerintah
seperti Dep. Perdagangan, Dep. Keuangan, Dep. Luar Negeri, Dep. Kehutanan, Dep.
Kelautan dan Perikanan, Bappenas, BKPM, Meneg BUMN, Perbankan dan
beberapa pengusaha swasta.
Pertemuan tersebut juga
dimaksudkan untuk mempromosikan potensi industri teh yang dimiliki PT.
Perkebunan Nusantara VIII yang pada bulan Mei juga turut sebagai delegasi pada
kunjungan kerja Menteri Pertanian ke Timur Tengah.
16. Kerjasama RI
– Yaman
Sidang ke-1 Komisi
Bersama Indonesia
– Yaman,
Yogyakarta 8-10 Agustus 2005
Pada Pertemuan Tingkat Pejabat
Tinggi (Senior Official Meeting-SOM) antara kedua negara, dilaksanakan pada
tanggal 8-9 Agustus 2005. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal
Asia Pasifik dan Afrika, Dep. Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh
Wakil Menteri Kerjasama Internasional, Kementrian Perencanaan dan Kerjasama
Internasional Republik Yaman. Delegasi dari Departemen Pertanian diwakili oleh
Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian dan Kepala Bagian Bilateral, Biro KLN.
Di Pertemuan Tingkat SOM
tersebut dibahas isu-isu untuk mempromosikan hubungan bilateral di bidang
ekonomi antara lain Perdagangan; Investasi; Industri; Perminyakan; Bank Sentral
dan Kelautan dan Perikanan.
Sedangkan untuk bidang sosial,
kebudayaan dan IPTEK antara lain : Komunikasi; Pendidikan; Agama; Tenaga Kerja;
Budaya dan Pariwisata; Transportasi Udara; Transportasi Darat; Transportasi
Laut; Karsipan; Lingkungan Hidup; Pemberdayaan Perempuan dan Pelatihan
Kejuruan.
Dalam Sidang Komisi Bersama ke-1
Tingkat Menteri yang berlangsung pada tanggal 10 Agustus 2005, Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri RI dan Delegasi Yaman dipimpin oleh
Menteri Luar Negeri Yaman.
Pada pertemuan tersebut di
tandatangani enam nota kesepakatan yaitu di bidang Kesehatan; Kerjasama
mengenai HAM; Kerjasama Promosi Perdagangan antara BPEN dengan YESC (Yemen
Export Supreme Council); Kerjasama di Bidang Pertanian; Kerjasama Zona Bebas
(Free Zone) antara Otorita Batam dengan Aden Free Zone serta kerjasama antar
Kantor Berita (ANTARA-SABA).
Memorandum of Understanding on
Agricultural Cooperation antara Indonesia dan Yaman ditandatangani oleh
Sekretaris Jenderal Dep. Pertanian RI dan Deputy Minister for International
Cooperation, Ministry of Planning and International Cooperation. Kerjasama ini
mencakup bidang Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan, Agribisnis,
Agro-industry dan lainnya.
17. Kerjasama RI
– PNG
Melalui
kerjasama Tripartite Indonesia – PNG – Jepang, pada tanggal 27 Oktober 2003 –
24 Januari 2004 telah dikirimkan expert dari Indonesia Ir. Jajat Ruchyat expert
dibidang Rice Cultivation untuk kegiatan Promotion of Smallholder
Rice Production Development, dan telah dilaksanakan dengan baik, dan untuk
saat ini telah disetujui untuk perpanjangan masa tugas expert tersebut.
Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan pada tingkat bunga rendah dari 2% dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
BalasHapusNama lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor ponsel: ________
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com
LAYANAN PEMBIAYAAN LE-MERIDIA. perusahaan pinjaman yang memberi saya pinjaman 5.000.000,00 USD Ketika investor pinjaman lain mengabaikan tawaran saya, tetapi Le_Meridian Funding Service memberi saya pinjaman yang berhasil. Mereka langsung terlibat dalam pembiayaan pinjaman dan proyek dalam hal investasi. mereka memberikan solusi pembiayaan untuk perusahaan dan individu yang mencari akses ke dana pasar modal, mereka dapat membantu Anda mendanai proyek Anda atau memperluas bisnis Anda .. Email Kontak :::: lfdsloans@lemeridianfds.com Juga lfdsloans@outlook.com atau Tulis di nomor whatsapp pada 1- (989-394-3740) Good Intend,
BalasHapus